Ilmu pengetahuan tentang AI membuat seni pembuatan kebijakan menjadi mudah

"

"

Ilmu pengetahuan tentang AI membuat seni pembuatan kebijakan menjadi mudah

Oleh Prakash Kumar

Pembuatan kebijakan publik untuk suatu negara adalah tugas yang kompleks, dan kompleksitasnya semakin meningkat jika negara tersebut besar, padat penduduk, dan beragam. Jika sebuah negara tidak mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, maka akan muncul pertanyaan apakah kebijakan publik yang dibuat tidak memadai atau kebijakan yang memadai tidak diimplementasikan dengan baik. Sayangnya, pembuatan kebijakan bukanlah masalah ilmiah, yang dapat diujicobakan di laboratorium untuk menguji hipotesis dan mengukur keampuhannya. Pembuatan kebijakan pada dasarnya bersifat rumit, politis, dan birokratis.

Bagaimana kita mendefinisikan proses pembuatan kebijakan yang baik? Literatur ilmu politik menggambarkan "proses pembuatan kebijakan yang baik" sebagai proses yang berkomitmen untuk menghasilkan keputusan yang berkualitas tinggi. Proses pembuatan kebijakan yang baik membutuhkan pengetahuan tentang pokok bahasan yang mutakhir, data yang relevan, dan kemampuan untuk menganalisis data. Alat analisis memungkinkan para pembuat kebijakan untuk melihat pola-pola dalam data. Selain itu, kecerdasan buatan (AI) memberikan kemampuan untuk meramalkan hasil, mengembangkan program berbasis bukti, dan menganalisis efektivitas berdasarkan data, karena sistem AI dapat belajar secara berulang dari data dan interaksi manusia serta membangun pengetahuan dan model baru berdasarkan data.

Mari kita lihat bagaimana AI dapat membantu dalam pembuatan kebijakan. Pembuatan kebijakan bukanlah aktivitas yang berdiri sendiri, melainkan proses multi-tahap yang terdiri dari identifikasi, pertukaran, perumusan, adopsi, implementasi, dan evaluasi. Pada setiap tahap, AI dapat membantu pembuat kebijakan menghasilkan lebih banyak nilai dan memiliki dampak yang lebih baik.

Tahap pertama dalam perumusan kebijakan adalah identifikasi masalah. Selain itu, kebijakan yang dibuat untuk satu sektor sering kali memiliki dampak yang signifikan terhadap sektor lainnya. Sebagai contoh, kebijakan transportasi seperti perluasan jaringan jalan raya berdampak pada lingkungan. Oleh karena itu, pembuatan kebijakan hampir selalu berarti adanya pertukaran.

Oleh karena itu, proses dan struktur pembuatan kebijakan memerlukan analisis mendalam terhadap informasi mengenai dampak antar-sektor untuk memungkinkan pilihan yang tepat di antara berbagai alternatif. Perangkat AI dapat mempercepat proses ini karena dapat dengan cepat mensintesis data dalam jumlah besar, mendeteksi pola yang memberikan wawasan yang mendalam, dan meramalkan proyeksi hasil dan manfaat dari opsi kebijakan.

Tahap selanjutnya adalah pengadopsian kebijakan yang telah dirancang. AI dapat memainkan peran penting ketika proposal tersebut dibahas dan diperdebatkan di Parlemen atau Majelis Negara. Berbekal wawasan yang dihasilkan dengan menggunakan AI pada tahap sebelumnya, anggota parlemen akan lebih siap untuk membuat keputusan yang lebih tepat.

Berikutnya adalah implementasi kebijakan. Sebuah kebijakan hanya akan baik jika diimplementasikan dengan baik. Otomatisasi proses implementasi dan analisis umpan balik yang hampir seketika dari lapangan penting untuk implementasi kebijakan yang efisien. Analisis keluhan, pertanyaan, dan sentimen di media sosial oleh AI Tools memberikan wawasan cepat tentang apa yang tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat memungkinkan penyesuaian/perubahan yang harus dilakukan dalam kebijakan agar lebih berdampak.

Tahap terakhir adalah evaluasi. Semakin cepat evaluasi, semakin baik kebijakan tersebut. Alat bantu AI menghadirkan kemampuan untuk mempercepat penilaian komponen yang perlu diubah dengan mengidentifikasi di mana sebuah kebijakan bisa gagal atau bisa menjadi sasaran penipuan. Sebagai contoh, pejabat GST menggunakan alat berbasis AI untuk mendeteksi transaksi pengembalian dana yang curang. Berdasarkan hasil dari alat ini, perubahan kebijakan dilakukan dalam pemrosesan pengembalian dan pengembalian dana.

AI, dengan banyak fitur yang baik, juga memiliki sisi gelapnya karena digerakkan oleh algoritma. Jika sistem AI menggunakan set data yang bias, maka sistem tersebut pasti akan menanamkan ketidaksetaraan sosial yang mendasari data ke dalam model mereka. Hal ini disebut dengan bias logaritmik, yang dapat memperkuat diskriminasi jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, kita harus sangat peka terhadap masalah bias data ketika menggunakan AI untuk mematuhi prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi, dan keadilan.

Kesimpulannya, apakah ini waktu yang tepat untuk mulai menggunakan AI dalam pembuatan kebijakan? Jawabannya adalah Ya karena berbagai alasan. Pemerintah sudah menggunakan AI untuk meningkatkan pemberian layanan dan operasi, jadi ini adalah waktu yang tepat untuk menggunakan AI untuk mendukung pembuatan kebijakan. Dengan otomatisasi skala besar yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan negara bagian, sejumlah besar data tersedia di berbagai sektor, yang dapat digunakan untuk membuat kebijakan baru dan mengevaluasi kebijakan yang ada. Namun, keterampilan dan kemampuan perlu diperkuat di pemerintahan untuk penggunaan AI. Mengambil pelajaran dari pengalaman negara-negara barat, kemitraan yang erat dengan lembaga-lembaga pembelajaran direkomendasikan karena mereka memiliki tenaga teknis dan pemahaman tentang teknologi ini.

Lebih Banyak Liputan Pers

Kami menggunakan cookie yang diperlukan dan/atau teknologi serupa untuk membuat situs web ini berfungsi dan untuk mengumpulkan informasi ketika Anda berinteraksi dengan situs web ini untuk meningkatkan pengalaman Anda. Dengan menggunakan situs web ini, Anda mengakui dan menyetujui kebijakan cookie dan kebijakan privasi