Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mempekerjakan lebih dari 80 juta orang di India dan berkontribusi terhadap sekitar 401 triliun dolar AS dari total ekspor dan 371 triliun dolar AS dari total PDB.
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mempekerjakan lebih dari 80 juta orang di India dan berkontribusi terhadap sekitar 401 triliun Rupee dari total ekspor dan 371 triliun Rupee dari total PDB. Namun, tidak mudah bagi sebagian besar dari mereka untuk berkembang karena kurangnya dana, teknologi yang sudah usang dan kapasitas produksi yang buruk. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa perusahaan-perusahaan kecil India tidak mampu bertahan dalam persaingan global.
Perusahaan-perusahaan kecil dikenal untuk mendukung vitalitas pasar dengan melengkapi industri skala besar, menyediakan sejumlah besar pekerjaan berbiaya rendah (khususnya untuk pekerja berketerampilan rendah atau menengah), menciptakan kekayaan dengan memberikan kontribusi yang tepat pada PDB, dan kemudian menjadi perusahaan-perusahaan besar di masa depan. Dengan kebutuhan India untuk menjadi lebih baik secara signifikan di semua bidang ini, sangatlah penting untuk membangun daya saing di sektor ini.
Negara-negara yang memiliki industri kecil yang kompetitif menyaksikan tingkat inovasi yang tinggi. Sebagai contoh, Amerika Serikat memiliki 50% dari semua inovasi dan 94% dari semua inovasi radikal-sejak Perang Dunia Kedua-yang berasal dari perusahaan-perusahaan baru dan kecil. Jumlah aplikasi paten, indikator lain untuk inovasi, memvalidasi teori ini lebih lanjut. Perusahaan-perusahaan kecil di Cina, yang karena harga produk mereka yang rendah telah mengkhawatirkan UMKM India, mengajukan 80% aplikasi kekayaan intelektual di Cina, dibandingkan dengan hanya 15% yang diajukan oleh perusahaan-perusahaan kecil India di India.
Penelitian mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan kecil yang mencapai kinerja inovasi yang lebih baik juga mencapai kinerja ekonomi yang lebih baik dalam bentuk pertumbuhan yang lebih tinggi dalam omset penjualan. Global Innovation Index (GII) menempatkan India pada posisi ke-66 secara global pada tahun 2016, dan dapat diasumsikan dengan aman bahwa membangun kapasitas inovatif perusahaan-perusahaan kecil akan sangat membantu dalam memungkinkan India untuk meningkatkan potensi penuh industrinya.
Kebijakan-kebijakan yang kondusif memainkan peran penting dalam meningkatkan inovasi dan daya saing perusahaan-perusahaan kecil. Skema Dana untuk Regenerasi Industri Tradisional (SFURTI) dari pemerintah berencana untuk membentuk 800 klaster industri tradisional dengan pengeluaran sebesar Rs 850 crore sambil meletakkan ketentuan untuk intervensi lunak seperti membangun kapasitas untuk inovasi. Skema untuk Promosi Inovasi, Industri Pedesaan & Kewirausahaan (ASPIRE) yang diprakarsai pada bulan Maret 2015 berencana untuk mendirikan jaringan pusat-pusat teknologi dan inkubasi untuk mempromosikan inovasi dan kewirausahaan dengan dana sebesar Rs 200 crore. Skema Pinjaman Bank Perdana Menteri di bawah Badan Pengembangan dan Pembiayaan Ulang Unit Mikro (MUDRA) menyediakan modal yang sangat dibutuhkan untuk perusahaan-perusahaan kecil untuk berinovasi dan berkembang. Namun, terlepas dari semua upaya ini, pengeluaran India untuk penelitian dan pengembangan masih tetap berada di bawah 1% dari PDB-nya. Ini sangat kecil dibandingkan dengan pengeluaran R&D sebesar 2-3% oleh negara-negara seperti Amerika Serikat dan Cina. Dampak dari rendahnya pengeluaran ini pada akhirnya bermuara pada kurangnya inovasi dan daya saing di perusahaan-perusahaan kecil India.
Sebuah cara yang efektif untuk mendorong inovasi di antara bisnis-bisnis kecil India adalah dengan mengadopsi program seperti Small Business Innovation and Research (SBIR), yang populer di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Di bawah SBIR, pemerintah mengucurkan dana secara kompetitif kepada perusahaan-perusahaan kecil dan membantu mereka membangun kemampuan penelitian dan pengembangan mereka. Meningkatkan R&D akan meningkatkan inovasi dan membuat perusahaan lebih kompetitif. Hasilnya, mereka akan menghasilkan lapangan kerja yang lebih tinggi dan akan lebih produktif dengan produk dan layanan yang lebih baik. Faktanya, SBIR di AS telah membantu usaha kecil mendapatkan lebih dari 67.000 paten sejak didirikan. Apple, Chiron, Compaq, dan Intel telah menjadi penerima manfaat awal SBIR.
Program ini diketahui memiliki dampak yang serupa di negara-negara lain. Di Belanda, keberhasilan program serupa telah mendorong pertumbuhan program sebanyak tujuh kali lipat dalam periode empat tahun. Di Korea, program ini telah meningkatkan proporsi UKM yang berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan dari 12% menjadi 31% dalam waktu 12 tahun. Di Inggris, program ini menyaksikan pertumbuhan penjualan tahunan rata-rata sebesar 30%, yang menghasilkan penciptaan lapangan kerja sebesar 10% lebih tinggi dan mengarah pada perluasan program sebanyak lima kali lipat pada tahun 2013. Di India, di mana Departemen Bioteknologi (DBT) telah memelopori pengadopsiannya, sekitar 70% peserta SBIRI (Prakarsa Penelitian Inovasi Bisnis Kecil) DBT menganggap penyelesaian proyek mereka berasal dari program ini. Dalam laporan tahun 2015, Komite Ahli NITI Aayog menyoroti SBIRI sebagai sebuah strategi untuk mempromosikan inovasi.
Sebuah program seperti SBIR memiliki potensi untuk mengubah lanskap usaha kecil di India. Jika diadopsi dan diimplementasikan dengan baik, India tidak hanya akan membuat kerangka kerja UMKM-nya menjadi kuat, tetapi juga akan berhasil memetik manfaat yang signifikan dari dividen demografis yang dimilikinya.
Penulis, Kushal Sagar Prakash adalah analis, Wadhwani Foundation's Policy Research Network.
