Dalam beberapa tahun terakhir, alat Kecerdasan Buatan (AI) seperti ChatGPT, Gemini, Claude dan Perplexity dengan cepat mendapatkan popularitas di kalangan siswa, tidak hanya di India tetapi juga di seluruh dunia. Mulai dari menyusun esai hingga memecahkan masalah matematika, AI diam-diam telah menjadi bagian dari rutinitas belajar sehari-hari. Bagi banyak orang, AI bertindak sebagai tutor pribadi 24/7-asisten yang menjawab pertanyaan tanpa menghakimi-sementara yang lain mengandalkannya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Namun, para pendidik dan administrator tetap khawatir tentang dampak AI terhadap pembelajaran yang sesungguhnya dan pertumbuhan intelektual.
Tidak semua orang mendapatkan manfaat yang sama
Penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan rata-rata dan di bawah rata-rata lah yang paling diuntungkan dengan menggunakan alat bantu AI. Dengan menyederhanakan konsep yang rumit dan memberikan penjelasan langkah demi langkah sesuai dengan kecepatan siswa, AI meningkatkan pemahaman dan membangun kepercayaan diri-seringkali diterjemahkan ke dalam peningkatan nilai yang signifikan.
Namun, untuk siswa yang berprestasi, gambarannya berbeda. Studi menunjukkan bahwa ketergantungan yang berlebihan pada AI dapat mengurangi kinerja. Alih-alih bergulat dengan masalah mereka sendiri, banyak yang mulai mengalihdayakan "pekerjaan berat" ke AI. Seiring berjalannya waktu, hal ini melemahkan kreativitas, retensi memori, dan pemikiran kritis.
Bahkan, beberapa penelitian mengungkapkan perbedaan yang jelas:
- Siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata menunjukkan peningkatan yang nyata.
- Rata-rata siswa berkinerja lebih baik dengan panduan AI terstruktur.
- Siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata sering kali mengalami stagnasi, atau bahkan menurun, karena ketergantungan yang berlebihan.
Kecenderungan terhadap "kemalasan mental" ini telah ditangkap dengan baik dalam sebuah penelitian terbaru oleh MIT.
Studi MIT: apa yang terjadi pada otak ketika kita menggunakan AI?
Dalam sebuah eksperimen di MIT Media Lab, para siswa dibagi menjadi tiga kelompok:
- Satu masalah yang dipecahkan sepenuhnya tanpa bantuan,
- Salah satunya menggunakan mesin pencari,
- Satu menggunakan ChatGPT.
Pemindaian EEG (electroencephalogram) melacak aktivitas otak selama mengerjakan tugas. Temuannya sangat mengejutkan:
- Siswa yang bekerja secara mandiri menunjukkan otak yang paling aktif, menghasilkan respons yang paling kreatif, dan mempertahankan informasi dengan lebih efektif.
- Pengguna mesin pencari berada di tengah-tengah.
- Kelompok ChatGPT menunjukkan tingkat keterlibatan otak yang paling rendah dan menghasilkan lebih banyak pekerjaan umum.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah efek setelahnya: ketika kelompok ChatGPT berhenti menggunakan AI, aktivitas otak mereka tidak segera bangkit kembali, tetap lemah selama beberapa waktu. Studi ini menunjukkan bahwa ketergantungan yang tinggi pada AI tidak hanya dapat menumpulkan keterlibatan langsung, tetapi juga memperlambat pemulihan pemikiran kreatif dan kritis.
AI yang lebih cerdas: Pembelajaran sokrates dan perancah
Apakah ini berarti AI harus dilarang? Tidak sama sekali. Tantangan yang sebenarnya adalah merancang sistem AI yang mendukung pembelajaran tanpa menggantikannya. Semakin banyak pengembang yang mengadopsi pendekatan Sokrates dan perancah, di mana AI:
- mengajukan pertanyaan-pertanyaan panduan,
- memecah topik yang kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil,
- memberikan petunjuk dan bukan jawaban lengkap,
- dan mendorong refleksi.
Contohnya termasuk ChatGPT Mode Belajar, Khan Academy's Khanmigo, Google LearnLMdan alat khusus mata pelajaran seperti Querium untuk bimbingan belajar STEM. Platform ini bertujuan untuk membuat siswa tetap berpikir aktif sambil tetap mendapatkan manfaat dari dukungan AI yang dipersonalisasi.
Alat | Area fokus | Tanya Jawab Interaktif | Pembelajaran terbimbing | Personalisasi | Catatan |
---|---|---|---|---|---|
Mode Belajar ChatGPT | Topik umum | ✅ | ✅ | ✅ | Gratis, lintas platform |
Khanmigo | Matematika, sains, humaniora | ✅ | ✅ | ✅ | Selaras dengan kurikulum |
Google LearnLM | Terintegrasi dengan Gemini & YouTube | ✅ | ✅ | ✅ | Ruang kelas & bantuan pencarian |
Diffit | Bahan bacaan bertingkat | ✅ | ✅ | ✅ | Fokus literasi yang kuat |
Sokrates | Aplikasi pemindaian dan pembelajaran | ✅ | ✅ | Terbatas | Hanya untuk ponsel |
Querium | Bimbingan belajar STEM (langkah demi langkah) | ✅ | ✅ | ✅ | AI yang didukung paten |
AI itu seperti pisau - bisa sangat efektif, tapi hanya jika digunakan dengan benar. Untuk siswa yang lebih lemah, AI dapat memberikan bantuan yang sangat penting. Namun, bagi siswa yang berprestasi, ketergantungan yang berlebihan berisiko menjadi jalan pintas yang menghalangi potensi mereka sepenuhnya.
Solusinya bukan dengan menyingkirkan AI dari ruang kelas, tetapi dengan mengajari siswa cara menggunakannya dengan bijak-sebagai mitra dalam belajar, bukan sebagai pengganti pemikiran.
Sumber Online:
Dunia Pendidikan