Memulai bisnis memang mengasyikkan - tetapi satu keputusan dapat membentuk lintasan pertumbuhan Anda lebih dari yang lain: model bisnis Anda.
Ini bukan hanya tentang apa yang Anda jual, tetapi kepada siapa, bagaimana, dan bagaimana Anda menghasilkan uang. Jika salah dalam hal ini, Anda berisiko membuang waktu bertahun-tahun untuk mengejar audiens atau struktur pendapatan yang salah.
Mari kita uraikan model bisnis yang paling umum, contoh nyata, dan bagaimana Anda bisa memilih model bisnis yang tepat untuk usaha Anda.
Jenis Model Bisnis Populer (dengan Contoh)
B2B (Bisnis-ke-Bisnis)
Anda menjual produk atau layanan ke bisnis lain.
Contoh:
- Salesforce (perangkat lunak CRM untuk perusahaan)
- Canva Pro untuk Tim
Strengths:
- Nilai transaksi yang lebih tinggi
- Mengulang bisnis
- Kontrak jangka panjang
Challenges:
- Siklus penjualan yang lebih panjang
- Membutuhkan kepercayaan dan pembangunan hubungan
- B2C (Bisnis-ke-Konsumen)
- Anda menjual langsung ke pelanggan akhir.
Contoh:
- Netflix
- Zomato
- Nike
Strengths:
- Audiens potensial yang sangat besar
- Lebih mudah untuk menguji dan melakukan pivot produk
- Bisa menjadi viral dengan pemasaran yang tepat
Challenges:
- Persaingan yang tinggi
- Sensitivitas harga
- Loyalitas pelanggan diperoleh dengan susah payah
- SaaS B2B (Perangkat Lunak sebagai Layanan)
- Produk berbasis perangkat lunak yang dijual secara berlangganan untuk bisnis.
Contoh:
- HubSpot (Alat bantu pemasaran dan penjualan)
- Slack (Kolaborasi tim)
Strengths:
- Pendapatan yang berulang dan dapat diprediksi
- Margin yang tinggi setelah diskalakan
- Lebih mudah untuk melakukan penjualan ke pelanggan yang sudah ada
Challenges:
- Biaya pengembangan di muka
- Membutuhkan fokus orientasi, dukungan, dan retensi
- B2C SaaS
- Produk perangkat lunak yang dijual langsung ke konsumen.
Contoh:
- Tenang (Aplikasi meditasi)
- Spotify
- Duolingo
Strengths:
- Basis pengguna global yang besar
- Akses langsung ke data pelanggan
- Potensi pertumbuhan virus
Challenges:
- Tingkat perputaran yang tinggi
- Pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU) yang lebih rendah
- B2B2C (Bisnis ke Bisnis ke Konsumen)
- Anda menjual produk/layanan Anda ke bisnis, yang kemudian menjual atau mengirimkannya ke konsumen.
Contoh:
- Swiggy bermitra dengan restoran
- UrbanClap bermitra dengan penyedia layanan
Strengths:
- Akses ke basis pelanggan yang sudah ada
- Berbagi biaya operasional dan pemasaran
Challenges:
- Hubungan bisnis yang kompleks
- Ketergantungan pada mitra
Cara Memilih Model Bisnis yang Tepat
"Model bisnis tidak dipilih, melainkan ditemukan melalui pengujian dan pembelajaran." - Alex Oppenheimer
Saat mengevaluasi model, tanyakan:
- Who do you want to serve?
- Apakah itu bisnis, konsumen, atau keduanya melalui mitra?
- What’s your product type?
- Barang fisik, layanan, atau perangkat lunak?
- What’s your expected revenue structure?
- Penjualan satu kali, langganan berulang, atau komisi berbasis transaksi?
- What’s your growth strategy?
- Penjualan langsung, pertumbuhan viral, kemitraan, atau iklan?
- How much upfront capital do you have?
- B2C biasanya lebih murah untuk memulai
- SaaS B2B membutuhkan lebih banyak investasi teknologi di muka
5 Common Mistakes While Choosing a Business Model:
- Memilih model hanya karena model itu berhasil untuk orang lain.
- Mengabaikan penemuan pelanggan dan kecocokan produk-pasar.
- Mengabaikan biaya operasional (akuisisi pelanggan, dukungan, kemitraan).
- Salah menilai potensi skalabilitas.
- Berpegang teguh pada model yang tidak berfungsi tanpa melakukan pivot.
Kiat Pro:
Anda bisa melapisi model bisnis.
Sebagai contoh:
- Amazon memulai ritel B2C → diperluas ke layanan cloud B2B (AWS)
- OpenAI menawarkan langganan ChatGPT B2C + integrasi API B2B
Ready to test your funding knowledge – Ikuti kuis!